Ksatria Pajak dan Spiritualitas Hari Ini
Oleh: Edmalia Rohmani, Pegawai Direktorat Jenderal Pajak
Yodhia Antariksa, di tahun 2010, pernah mengulas tentang etos spiritualisme dalam dunia kerja di blognya yang legendaris. Tercatat ada dua kontribusi penting dari hal tersebut yang bisa disumbangkan bagi kemajuan organisasi.
Pertama, dimensi spiritualitas memberikan pondasi yang kuat untuk membangun integritas moral yang kokoh bagi para pegawai. Para pelaku di dunia kerja, selayaknya mempunyai profil yang sarat nilai-nilai integritas, penuh kejujuran dan tanggung jawab, sederhana, dan amanah dalam menunaikan tugas. Dan semua kriteria itu tidak akan optimal terbentuk dalam mental seseorang tanpa disertai dengan rohani yang kokoh dan religius.
Ketakutan untuk berbuat maksiat misalnya, menjadikan seorang pegawai akan menghindari korupsi dan tidak akan berleha-leha di saat jam kerja. Setiap rezeki yang dibawa ke rumah akan dipastikan halal tanpa syubhat sebab diyakini menjadi penyebab ibadah diterima Yang Maha Kuasa.
Kedua, berkaitan dengan pengembangan etos kerja yang berorientasi pada kemajuan dan keunggulan kinerja (excellent performance). Dimensi spiritualitas, idealnya mampu menjadi motor penggerak seseorang untuk meningkatkan etos kerja serta tanpa henti memutar roda motivasi diri untuk mencapai prestasi terbaik. Ini adalah nilai-nilai kesempurnaan yang diharapkan menjadi budaya institusi.
Dalam konteks ini, penulis mengangkat konsep Job Theology: sebuah niatan suci untuk selalu menganggap pekerjaan kita sebagai sebuah ibadah dan bentuk pengabdian kita pada Yang Maha Agung. Atau bila kita ingin mengutip sabda Rasulullah SAW yang mengandung paradoks, “Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan kamu hidup selamanya dan beribadahlah untuk akhiratmu seakan-akan kamu mati besok,” konsep ini menjadi relevan dan selaras dengan kebutuhan untuk membumikan nilai-nilai spiritualitas dalam organisasi.
Institusi manakah yang tak menginginkan setiap elemen manusianya bermental religius dan sekaligus beretos kerja prima? Maka dibutuhkan sebuah inovasi dan evolusi dalam manajemen organisasi agar roh para pegawai sarat dengan nilai-nilai spiritual yang tinggi.
Dua puluh September lalu, satu hari sebelum pergantian Tahun Baru 1 Muharram 1439 H, Lebih dari 12.000 insan DJP melaksanakan Pajak Bertilawah. Sekitar 360 unit kerja se-Indonesia berpartisipasi, setiap unit serentak mengkhatamkan Quran dalam waktu 24 jam. Hal luar biasa yang perlu dicatat, kegiatan ini muncul dari aspirasi bottom-up. Respon yang muncul ketika ide awal digagas di luar ekspektasi. Besar kemungkinan inovasi-inovasi semacam ini akan menjadi agenda rutin dan lebih bervariasi di tiap instansi vertikal DJP.
Ini adalah sinyal positif akan lahirnya DJP baru. DJP yang kental nuansa religi, penuh semangat menangkap cahaya Ilahi, dan membasahi roh-roh yang kering dengan siraman rohani. Tak perlu mendengar nada-nada sumbang yang menentang, sebab perdebatan tanpa makna takkan pernah menghasilkan apa-apa. Teruslah bekerja ksatria pajak negeri ini, teruslah beramal saleh. Sebab kita tak pernah tahu dari ikhtiar yang mana Tuhan ridha dan berkenan menurunkan rahmat-Nya di negeri ini.
Sumber:
http://strategimanajemen.net/2010/04/12/merajut-etos-spiritualitas-dalam-dunia-kerja/
*) Tulisan ini merupakan pendapat pribadi penulis dan bukan cerminan sikap instansi dimana penulis bekerja.
- 75 kali dilihat