Bangun, Sadar, Ayo Berubah!
Oleh: Mochammad Bayu Tjahyono, Pegawai Direktorat Jenderal Pajak
Jumlah penduduk miskin di Indonesia mengalami naik dan turun, Maret 2017 jumlah penduduk miskin mencapai 27,7 juta atau sekitar 10,64 persen dari jumlah penduduk di 35 provinsi, jumlah ini mengalami penurunan jika dibanding tahun 2012. Sedangkan jumlah masyarakat yang belum mempunyai pekerjaan mencapai 7 juta orang.
Bulan September merupakan bulan yang menarik, Indonesia menjadi juara para sea games, sepak bola Indonesia usia 16 menjadi juara group, KPK melelang mobil koruptor, KPK melakukan OTT terhadap 2 kepala daerah dan realisasi penerimaan pajak sampai Agustus 2017 baru mencapai 53,5%.
Berita ini seakan anomali dengan keadaan di Indonesia, di tengah kita mengejar prestasi namun masih banyak pimpinan yang mengabaikan nurani mereka dengan menghalalkan segala cara. Berita lelang kendaraan koruptor, berita OTT dan berita penyanderaan penunggak pajak diharapkan dapat menyadarkan pada banyak pihak bahwa semua masyarakat harus bangun, sadar, dan mengubah sikap dan mental untuk Indonesia.
Indonesia membutuhkan kerja semua pihak untuk membangun negeri ini, berbagai kebijakan telah diterbitkan untuk mendukung perkembangan perekonomian, mulai dari amnesti pajak, intensif pajak, pelayanan satu atap, penyederhaan perizinan, dan program lainnya. Semua kebijakan ini tidak akan berhasil tanpa dukungan semua pihak baik, pimpinan daerah setempat maupun masyarakat dan pengusaha.
Bangun dan Sadar
Kekayaan alam, kekuasaan, dan ucapan selamat orang di sekitar seakan meninabobokan kita dalam tidur panjang. Sudah 72 tahun kita merdeka, namun pembangunan kita sudah tertinggal dari Negara tetangga di Asia Tenggara. Di tahun 1970 sampai 1980 pembangunan kita masih ditunjang oleh minyak, hasil penjualan minyak dapat kita gunakan untuk pembangunan, di tahun itu juga bangsa mengirimkan tenaga ahli pendidik ke beberapa negara tetangga untuk memajukan pendidikan di negaranya.
Sejak reformasi tahun 1998, dengan isu utama telah terjadi korupsi yang besar negara kita bangkit menata kembali sistem pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat dengan tujuan untuk menuju keadilan sosial yang adil dan beradab sesuai sila ke 5 Pancasila. Namun kekuasaan yang diperoleh dari pemilu seakan kembali menidurkan kita, dan seakan kita lupa akan sila ke-5 dari Pancasila. Para pemimpin merasa bahwa mereka dipilih rakyat sehingga bisa bertindak diluar peraturan yang ada. Berita tindak tegas KPK kepada kepala daerah dan masyarakat yang korupsi diharapkan dapat membangunkan dan menyadarkan mereka akan tindakan salah yang telah dilakukan namun kenyataannya belum mampu.
Direktorat Jenderal Pajak juga sudah gencar memberitakan tindakan tegas kepada para penunggak pajak, dengan melakukan pelelangan, pencekalan bahkan sampai sandera badan, berita ini dengan tujuan untuk memberi efek jera sehingga kepatuhan akan meningkat. Sampai tahun 2017 tingkat kepatuhan belum sampai 70% dari jumlah wajib pajak yang wajib lapor SPT atau sekitar 10 juta wajib pajak, dan rasio pajak belum mencapai 13%. Hal ini menunjukkan bahwa tindakan Diretorat Jenderal Pajak belum membangunkan nurani baik wajib pajak, masih banyak yang mencoba untuk menghindar dari kewajiban membayar pajak.
Berdasarkan penelitian, kepatuhan akan muncul apabila tumbuh tingkat kesadaran. Selama ini masyarakat atau wajib pajak belum sadar bahwa pajak yang mereka bayarkan adalah untuk pembangunan bangsa. Ada 52 jalan tol, pembangunan jalan di perbatasan, jembatan, tol laut, pendidikan, bendungan semua bersumber dari pajak. Sadar, kata tersebut adalah hal terpenting dalam menaikkan kepatuhan wajib pajak. Ada 5 karakter dalam pajak, yaitu religius, nasionalisme, integritas, kemandirian, dan kebanggaan.
Membayar pajak sama halnya dengan membayar zakat, pajak adalah perwujudan syukur kita akan rezeki yang diberikan Allah, kita masih diberi kesempatan bekerja dengan tenang dan aman, bandingkan dengan negara lain. Sistem pajak yang self assessment juga mendidik kita untuk mempunyai integritas yang baik, jujur dalam membayar pajak. Mungkin jujur membayar pajak sama sulitnya kita jujur terhadap orang tua atau istri kita. Penulis yakin apabila 30 ribu warga negara kita membayar pajak, maka bangsa kita akan mandiri, nasionalisme kita akan bangkit dan akan tumbuh kebanggaan.
Pegawai pajak saat ini ada 36 ribu yang tersebar diseluruh Indonesia, tidak mungkin melakukan pengasan ke 270 juta warga negara Indonesia, semua tetap butuh kesadaran. Ayo kita berubah tidak perlu dengan demo, mulailah dari kita sendiri, keluarga kita, lingkungan kita, dan negara pasti akan berubah. Mulai sekarang tidak perlu ditunda tunda supaya generasi emas sadar pajak di tahun 2045 saat negara ini berusia 100 tahun kan terwujud, saat itulah kita jaya dan kita mandiri.(*)
*) Tulisan ini merupakan pendapat pribadi penulis dan bukan cerminan sikap instansi dimana penulis bekerja.
- 312 kali dilihat