Ternyata Cinta perlu Dirawat dengan Sejumlah Biaya

Oleh: Devid Marthin, Pegawai Direktorat Jenderal Pajak

Banyak yang bilang di Manado seperti ini "Cewe sekarang musti matre kalo nyanda matre mo kase makang apa itu anak? Mo kase makang cinta?"

Bagaimana jika negeri ini harus bersifat matre? Harus? Jika tidak matre, diambil dari mana biaya pembangunan?

Pertanyaan di atas muncul karena Direktorat Jenderal Pajak saat ini, dimana target penerimaan pajak tahun 2017 Rp1.283 triliun dengan realisasi Rp953,22 triliun dan prosentase penerimaan 74,26 %. Kantor Wilayah DJP Sulawesi Utara Tengah Gorontalo dan Maluku Utara mendapat kehormatan mengemban amanah target penerimaan pajak tahun 2017 adalah Rp10,080 triliun dan sampai saat ini baru terealisasi Rp6,37 triliun atau baru 63,2 %. Menyimak angka presentase realisasi penerimaan pajak saat ini, dapat diambil benang merah bahwa masih banyak yang belum membayar pajak. Mereka yang tidak mau membayar pajak ini hanya menjadi penumpang gratis di negeri ini. Segencar apapun usaha para fiskus menghimpun penerimaan pajak, tanpa adanya kesadaran dan cinta dari masyarakat untuk berkontribusi kepada negara, maka semua akan terasa berat.

Sampai pada titik ini, mungkin kita bisa sepakat bahwa sudah sepatutnya negeri ini bersifat bak wanita matre. Mengapa? Yah, karena realita dan pengalaman, diiringi dengan keterbukaan informasi sehingga sekarang masyarakat harusnya tahu jika saat ini Negara menuntut HAK-nya. Realita sekarang juga memperlihatkan kesadaran akan pentingnya pajak dan kesadaran membayar pajak masih jauh panggang daripada api. Harusnya kita semua sebagai warga NKRI memiliki kesadaran dan kepedulian nyata. Berkaca pada APBN 2017, dapat diketahui bahwa pajak memiliki porsi terbesar dalam penerimaan negara. Jumlah Penerimaan Pajak yang ditargetkan di tahun ini adalah sebesar Rp1.283 triliun. Untuk membiayai APBN 2017 senilai Rp2.133 triliun, Indonesia menjadikan pajak sebagai sumber pendapatan utama, lebih dari 80% pendapatan negara berasal dari pajak. Maka dari itu, pajak menjadi aspek penting dalam pembangunan negara.

Semua Pendapatan Negara diatas digunakan untuk Belanja pemerintah pusat Rp1.366,96 triliun dan Transfer ke daerah dan dana desa Rp776,34 triliun. Jadi apa yang kita bayarkan ke Negara lewat pajak, akan kembali ke kita dalam bentuk APBN. So itu dia napa pajak itu penting. Karena tanpa kesadaran membayar pajak, maka masyarakat dan Negara itu ibarat sepasang kekasih yang saling mencintai tapi tidak pernah menikah. Kata orang Manado “Batona sampe hosa mar nyanda kaweng-kaweng”.  Masyrakat yang menghindar dari pajak itu seperti orang yang jatuh cinta tetapi tak berani mengungkapkan perasaannya, hanya memendam terus gagal move on. Semua memang butuh biaya, apa saja bagian dari hidup ini pasti membutuhkan biaya.Cinta saja membutuhkan biaya apalagi negri ini?.

Dengan sisa hari di tahun 2017 yang cuman berjarak 37 Hari saja, maka Pajak memang harus bersifat matre, karena jika tidak, lantas biaya pembagunan mau di ambil dari mana? Meminjam kalimat dari Kasubdit Penyuluhan P2humas Direktorat Jenderal Pajak, Aan Almaidah Anwar "Cinta ada dalam Doa. Tanggung jawab ada dalam Rasa. Pajak ada dalam Dada”. Anda Cinta Indonesia, Anda Harus Membayar Pajak. Pajak memang bukanlah hadiah, atau bonus. Tidak ada yang suka membayar pajak, bisa dikatakan jarang yang sukarela seperti halnya orang membayar zakat atau membayar iuran listrik. Tetapi pajak tetap harus ada dan harus kuat, karena kelangsungan kehidupan negara ini berasal dari pajak.

Kembali ke persoalan matre tadi, wanita adalah makhluk yang lebih menggunakan hati dibandingkan logika. tapi apa yang membuat mereka mengikuti logika dalam memilih pria harus bersifat matre? Jawabannya sederhana saja, untuk membeli beras dan susu anak, cinta saja tidak cukup. Jika kita yang cuman ingin PDKT ke idaman hati saja kita perlu biaya kan?! Apalagi Negeri Tercinta ini butuh biaya untuk pembangunan. Karena cinta saja tidak cukup. Realisasi Penerimaan Pajak Tahun 2017 Versus Kata-kata seperti “Damm, I Love Indonesia” yang sangat terkenal itu menandakan bahwa, romantisme, kata-kata cinta dan tindakan mesra saja tidak cukup untuk mempertahankan negeri ini. Karena hidup bernegara memerlukan biaya. Ternyata Cinta perlu Dirawat dengan Sejumlah Biaya.

*) Tulisan ini merupakan pendapat pribadi penulis dan bukan cerminan sikap instansi dimana penulis bekerja.