Catatan Redaksi: Rubrik Feature atau Karangan Khas merupakan jenis konten yang disediakan untuk liputan berita atau peristiwa ihwal tugas dan fungsi layanan administrasi perpajakan, dengan menitikberatkan tema human interest, yang dikemas dengan gaya bahasa yang lebih ringan, renyah, dan luwes, yang berbeda dari gaya bahasa berita lempang (straight news). Feature dapat berupa kisah yang inspiratif, menyentuh hati, lucu, dan menggelitik.

Sebagai bentuk apresiasi terhadap para pegawai Direktorat Jenderal Pajak peserta lomba esai integritas dalam rangka peringatan Hari Antikorupsi Sedunia 2023 di lingkungan Kementerian Keuangan, kami telah menyeleksi sejumlah esai yang layak dimuat di situs pajak.go.id. Secara berkala, kami akan menayangkan tulisan terpilih dimaksud, di rubrik Feature. Kami mengedit seperlunya tanpa mengubah substansi naskah asli. Dengan berbagai pertimbangan, nama penulis, tokoh, dan tempat kejadian tidak kami cantumkan. Semoga bermanfaat.

---

Integritas merupakan suatu nilai yang menjadi fondasi utama dalam membentuk karakter dan moral seseorang. Nilai ini memainkan peran sentral dalam pembangunan sebuah negara yang adil, transparan, dan berkeadilan. Dalam setiap lintasan karier, setiap individu dihadapkan pada ujian integritas yang menentukan arah pilihan hidup mereka. Saya sendiri, seorang profesional yang baru tergabung di dunia kerja, juga pernah mengalami momen krusial di mana saya harus bersuara dalam sorotan integritas untuk menjaga budaya antikorupsi demi Indonesia yang kuat dan bersih.

Latar Belakang Ujian Integritas

Suatu hari, dalam konteks pekerjaan yang tengah saya jalankan, saya dihadapkan pada salah satu wajib pajak yang ingin memberikan parsel sebagai ucapan terima kasih karena telah membantu dalam proses pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Meskipun pemberian parsel dilakukan di luar jam kerja, tetap saja pemberian tersebut termasuk dalam gratifikasi dan jalur pintas untuk mendapatkan keuntungan pribadi. Meskipun terlihat menguntungkan, pemberian tersebut melibatkan praktik yang melanggar etika dan prinsip-prinsip integritas yang saya anut. Keputusan yang harus saya ambil bukan hanya menyangkut keuntungan pribadi, melainkan juga melibatkan masa depan Indonesia yang saya cintai.

Menolak Tawaran dan Membela Integritas

Dalam suasana dilema etika tersebut, saya memilih untuk menolak pemberian parsel dengan tegas. Ini bukanlah keputusan yang sulit, meskipun kemungkinan akan adanya kerugian finansial dan tekanan dari pihak-pihak yang terlibat. Namun, pilihan ini didorong oleh keyakinan saya bahwa menjaga integritas adalah sebuah kewajiban moral yang tidak dapat ditawar-tawar.

Menolak pemberian tersebut sekaligus menjadi suara saya dalam sorotan integritas. Ini adalah langkah konkret untuk membela budaya antikorupsi di lingkungan kerja saya. Keputusan ini bukan hanya tentang menolak gratifikasi atau suap, tetapi juga tentang membela keadilan, kebenaran, dan masa depan Indonesia yang kuat dan bersih. Saya menyadari bahwa setiap tindakan kecil kita memiliki dampak besar terhadap bangsa ini, dan menjaga integritas adalah langkah nyata untuk mewujudkan perubahan positif.

Nilai-nilai yang Mendorong Keputusan

Keputusan untuk bersuara dalam sorotan integritas tersebut didorong oleh beberapa nilai utama. Pertama, nilai kejujuran. Saya percaya bahwa kejujuran adalah fondasi dari integritas. Menolak pemberian tersebut adalah manifestasi dari komitmen saya untuk selalu berbicara jujur, tidak hanya kepada diri sendiri, tetapi juga kepada lingkungan sekitar.

Kedua, nilai keadilan. Saya menyadari bahwa menerima pemberian tersebut akan melibatkan ketidakadilan terhadap orang lain yang berusaha secara fair. Saya tidak ingin berkontribusi pada sistem yang tidak adil dan merugikan banyak orang. Keputusan ini adalah upaya saya untuk membela keadilan sebagai landasan budaya antikorupsi.

Ketiga, nilai tanggung jawab sosial. Sebagai warga negara Indonesia, saya merasa bertanggung jawab untuk berkontribusi positif pada pembangunan negara. Menjaga budaya antikorupsi adalah tanggung jawab bersama kita untuk menciptakan Indonesia yang kuat dan bersih bagi generasi mendatang.

Dampak Terhadap Lingkungan Kerja

Keputusan untuk bersuara dalam sorotan integritas tidak hanya mempengaruhi diri saya sendiri, tetapi juga berdampak pada lingkungan kerja saya. Meskipun awalnya mendapat resistensi dari beberapa pihak yang memiliki kepentingan terhadap pemberian tersebut, keputusan saya akhirnya dihargai oleh rekan-rekan yang memiliki nilai integritas yang sama.

Langkah ini juga sejalan dengan poin penguatan integritas yang ada pada instansi saya. Poin penguatan integritas tersebut yaitu pertama, luruskan niat bekerja sebagai ibadah ikhlas karena Tuhan Yang Maha Esa, karena kita diciptakan untuk beribadah kepada-Nya. Kedua, kita semua adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan diminta pertanggungjawabannya. Ketiga, tanamankan rasa dan pemikiran bahwa kita selalu diawasi oleh Tuhan Yang Maha Esa, sehingga kita akan selalu melakukan kebaikan dan mencegah kemungkaran.

Keempat, kedisiplinan dalam pelaksanaan tugas dapat dibentuk dalam kedisiplinan kita beribadah tepat waktu. Kelima, keadilan, kejujuran, kepedulian adalah hak asasi yang setiap orang inginkan dari orang lainnya. Oleh karena itu, utamakan kewajiban kita untuk adil, jujur, dan peduli kepada orang lain lebih dahulu baik kepada wajib pajak maupun kepada sesama pegawai. Keenam, kita semua adalah keluarga besar instansi, sebagai anggota keluarga yang baik akan selalu menjaga saudaranya dari keburukan bukan membiarkannya. Ketujuh, saling menasehati dalam kebaikan dan dalam kesabaran. Kedelapan, tetap berpegang teguh dan konsisten melakukan kebaikan walau sifatnya kecil.

Pandangan Pribadi Tentang Peran Individu dalam Budaya Antikorupsi

Pengalaman ini membuat saya semakin yakin bahwa setiap individu memiliki peran krusial dalam menjaga budaya antikorupsi. Budaya antikorupsi tidak hanya dibangun melalui kebijakan atau regulasi pemerintah, tetapi juga melalui tindakan nyata setiap individu dalam lingkungan kerja mereka.

Setiap orang memiliki kekuatan untuk mempengaruhi lingkungannya, dan melalui tindakan-tindakan kecil seperti menolak gratifikasi atau suap, berbicara jujur, dan membela keadilan, kita dapat membentuk budaya yang menghormati integritas. Tidak perlu menjadi pejabat tinggi atau tokoh publik untuk membawa perubahan, karena setiap tindakan kecil yang kita lakukan juga dapat memiliki dampak besar untuk menjaga budaya antikorupsi.

Menggugah Kesadaran dan Menginspirasi Perubahan

Melalui pengalaman ini, saya berharap dapat menggugah kesadaran pembaca tentang pentingnya menjaga integritas dalam dunia kerja. Terkadang, keputusan untuk bersuara dalam sorotan integritas mungkin sulit, tetapi itulah yang membuat perbedaan. Saya ingin menginspirasi individu-individu lain untuk tidak takut bersuara dan bertindak sesuai dengan nilai-nilai positif yang mereka anut.

Dalam era di mana korupsi masih menjadi tantangan besar bagi kemajuan bangsa, setiap langkah kecil yang dapat kita lakukan sangatlah berarti untuk menjaga budaya antikorupsi. Bersama-sama, kita dapat menciptakan Indonesia yang kuat, adil, dan bersih bagi generasi yang akan datang. Menjadi bagian dari perubahan positif adalah tugas dan tanggung jawab kita bersama sebagai

---

“Saya menyatakan esai ini merupakan hasil pengalaman atau pemikiran dan pemaparan asli saya sendiri, dengan kontribusi, referensi, atau ide dari sumber lain dinyatakan secara implisit maupun eksplisit pada tubuh dan/atau lampiran esai. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia didiskualifikasi dari perlombaan ini”

Pewarta:-
Kontributor Foto:-
Editor: Arif Miftahur Rozaq

*)Konten yang terdapat pada halaman ini dapat disalin dan digunakan kembali untuk keperluan nonkomersial. Namun, kami berharap pengguna untuk mencantumkan sumber dari konten yang digunakan dengan cara menautkan kembali ke halaman asli. Semoga membantu.